Surat Cinta dari Ayah
"Untuk Anakku Tersayang"
Nak, kamu tahu bahwa menjadi seorang ayah itu adalah sangat indah
dan sangat mulia, kenapa? karena dengan itu semua membuat aku bangga bahwa mempunyai
kerajaan kecil yang aku akan pimpin dan telah aku siapkan sebuah perahu kecil
untuk penghuni kerajaanku dan aku bawa ke sebuah laut yang didalamnya ada ombak
yang datar, ada badai yang menerjang.
Saat menanti kelahiranmu dulu, besar kecemasanku yang belum hilang
hingga saat ini dan masih saja teringat masa-masa yang membuat aku mengeluarkan
keringat, masa-masa cemas yang entahlah, masa-masa lelah yang sangat-sangat
bahagia. Kecemasan yang besar, lelah, keringat dan indah itu karena didasari sebuah
yang kita sebut cinta. Meskipun demikian, ketahuilah, menjadi seorang ayah itu
sangat berat dan sangat sulit. Tapi aku akui, betapa sepanjang masa kehadiranmu
disisiku, semua beban, semua lelah, semua kesulitan hilang dan raib menemui
makna keberadaanku dan tugas seorang ayah terhadapmu. Sepanjang masa
keberadaanmu adalah suatu masa terindah dan paling aku banggakan dihadapan
siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan sekalipun aku membanggakanmu saat nanti ketika
aku duduk berduaan denganmu dihadapanNya, hingga saat usia senja menanti
disebuah kursi goyang, teh hangat dan pelukan cinta.
Nak, saat pertama engkau hadir melihat dunia dengan tangisanmu
yang merdu yang membuat semua orang yang melihat tersenyum bahagia, langsung
kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah
sebagai bukti dan pengikat bahwa aku dan ibumu tak akan pernah terpisahkan oleh
apapun dan siapapun.
Seiring waktu berjalan detik demi detik yang slalu engkau petik
tiap nafas dan ketika engkau tumbuh dan beranjak besar dan telah pandai
berjalan bahkan bicara dan ketika engkau telah mampu membantah suruhanku dengan
kata "ENGGAK MAU" , kamu tahu nak, membuat tersentak dihatiku.
Sehingga pada ahirnya membuat diriku tersadarkan siapa engkau sesungguhnya.
Engkau adalah sebuah mukjizat, bukan pula milik istriku sebagai ibumu dan
engkau adalah milik Tuhan yang dititipkan kepadaku. Dari itu aku sadar bahwa
tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdian sesungguhnya hanya
patut untukNya yaitu Tuhan.
Sejak saat itu, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada
pemilikmu yang sebenarnya. Tugasku bukanlah membuatmu dikagumi orang lain, tapi
tugasku sebenarnya adalah membuatmu dicintaiNya, dan aku harus mendekatkanmu
kepadaNya. Inilah usaha terberatku, karena disitu artinya aku harus terlebih
dahulu memberikan contoh kepadamu bagaimana mendekatkan diri sebagai seorang
manusia denganNya. Keinginanku harus sesuai dengan keinginanNya Sang Pemilikmu
agar perjalananku untuk mendekatkanmu kepadaNya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua bergandengan
dengan ibumu, tak pernah engkau kami biarkan tersandung kerikil tajam,
terperosok kelembah hitam. Kugenggam jemarimu kupeluk jiwamu, agar dapat engkau
rasakan hangatnya perjalanan cinta ini.
Saat engkau mengeluh lelah dan letih saat berjalan, kutarik engkau
dengan belaian kasih sayang karena kita memang tak boleh berhenti disini.
Perjalanan mendekat denganNya tak kenal letih dan lelah, tak kenal berhenti.
Berhenti berarti mati mata hati. Inilah kata-kataku kepadamu setiap kali
kubelai rambutmu, kupeluk dan kuusap air matamu ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya nak, kalau nanti ketika semua manusia dikumpulkan
dihadapanNya, kudapati jarakku amat jauh dariNya, aku ikhlas dan aku rela,
karena seperti itulah aku di dunia ini. Tapi jika boleh aku berharap, aku ingin
melihatmu disaat itu engkau berada dalam pelukanNya dekat sekali dengan Kasih
dan CintaNya.
Bangga aku, aku bangga dan sangat bangga kepadamu karena itulah
bukti bahwa engkau yang dititipkan kepadaku telah dapat pula aku bimbing engkau
mulai sejak lahir.
Aku berharap do'aku ini selalu didengar olehNya, semoga seterusnya
dan seterusnya. Amin
@Terima Kasih Ayah, You are my hero's and I'm pround with you
0 komentar:
Posting Komentar